Tubuh kita dengan seluruh organnya adalah nikmat tiada ternilai yang
diberikan Allah Swt kepada kita. Ketika kita gunakan kening kita untuk
banyak bersujud kepada-Nya, maka akan beda terasa. Pikiran akan lebih
jernih. Jiwa lebih tenang. Hati lebih lapang. Langkah terasa lebih
mantap menapaki kehidupan.
Demikian halnya dengan mulut.
Gunakan untuk lebih banyak berdzikir kepada Allah Swt. Hindari
membicarakan keburukan orang lain, kurangi berbicara hal-hal yang
sia-sia, jauhi mengumpat, tahan mengeluh dan menggerutu. Rasakanlah
manfaatnya, diri akan lebih tentram, terhindar dari kegelisahan.
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬
Artinya: “..Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isra [17]: 36).
Penggunaan
anggota tubuh untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt ini tidak hanya
penting sebagai bentuk rasa syukur kita kepada-Nya. Hal ini juga penting
karena di akhirat kelak, anggota tubuh kita akan menjadi saksi tentang
amal perbuatan kita selama hidup di dunia. Kesaksian mereka akan jujur
apa adanya, tak akan ada yang bisa ditutup-tutupi. Oleh karena itu,
gunakanlah anggota tubuh kita untuk melakukan amal perbuatan yang
diridhai oleh-Nya.
Ketika punya uang. Uang adalah titipan
dari Allah Swt. Gunakanlah untuk mendekat kepadanya. Bersedekahlah.
Sedekah adalah tabungan dan investasi yang bernilai tinggi. Sedekah
pasti disaksikan oleh Allah Swt, dicatat sebagai suatu kebaikan dan
dibalas dengan ganjaran berlipat ganda. Bahkan, sedekah yang dikeluarkan
oleh seorang mu’min, itu akan menjadi peneduhnya di hari kiamat kelak.
Rasulullah Saw bersabda, “Naungan bagi seorang mu’min pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad).
Ketika
punya mobil, kita kendarai sembari memutar kaset atau CD ayat-ayat Al
Quran, atau hal-hal yang mengingatkan diri untuk senantiasa berdzikir
kepada Allah Swt. Jika demikian yang kita lakukan, maka nikmat kendaraan
yang kita miliki akan ditambah oleh-Nya. Insya Allah.
Ketika
kita memiliki sedikit ilmu, kemudian kita mengamalkannya atau
mengajarkannya kepada orang lain, maka Allah Swt akan menambahkan ilmu
yang ada pada kita. Tidak jarang orang yang semakin mengerti dan
mendalami ilmu yang dimilikinya itu setelah ia mengamalkan dan
mengajarkannya kepada orang lain. Bahkan tidak sedikit pula orang yang
semakin bertambah banyak ilmunya setelah ia mengamalkan dan mengajarkan
sedikit ilmu yang dimilikinya itu kepada orang lain.
Apapun
nikmat Allah Swt yang dipergunakan dengan tujuan memperoleh ridha Allah
dan mendekatkan diri kepada-Nya, maka itulah sikap syukur.
Ketika
kita dianugerahi amanah sebagai seorang kepala di perusahaan. Kemudian
kita mempergunakan nikmat tersebut untuk mengajak para karyawan agar
disiplin dalam bekerja dan disiplin dalam menunaikan shalat lima waktu.
Demikianlah sikap syukur.
Banyak sekali nikmat yang
diberikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya. Para ulama membagi nikmat
Allah Swt ini kepada tiga bagian, yaitu nikmat hidup, nikmat kemerdekaan
dan nikmat hidayah. (Asmaul Husna Effect :136).
Pertama, nikmat
hidup. Ini adalah karunia dari Allah Swt yang tingkatannya paling
dasar. Allah Swt memberikan nikmat ini tidak hanya kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman, melainkan memberikannya juga kepada
seluruh manusia, tumbuhan, binatang dan makhluk lainnya. Dalam nikmat
ini sudah terkandung juga nikmat-nikmat lainnya yang berfungsi untuk
menopang keberlangsungan hidup, diantaranya adalah nikmat makanan,
minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya.
Kedua, nikmat
kemerdekaan. Nikmat ini adalah nikmat kedua yang paling penting dan
lebih tinggi tingkatannya dari nikmat yang pertama. Nikmat ini diberikan
Allah Swt kepada manusia. Dengan nikmat ini, manusia memiliki
keleluasaan untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, menentukan
pilihan-pilihan, merdeka memilih mana yang benar dan mana yang salah.
Ketiga, nikmat
hidayah. Ini adalah nikmat dari Allah yang tingkatannya paling tinggi
dan paling mulia bagi manusia. Nikmat ini tidak diberikan Allah Swt
kepada sembarang orang. Allah Swt hanya memberikan nikmat hidayah ini
kepada orang-orang yang terpilih dan pantas untuk menerimanya. Yaitu,
orang-orang yang sungguh-sungguh ingin dekat dengan-Nya.
Apabila
kebaikan kita ingin disyukuri oleh Allah Swt, maka sikap yang harus
kita lakukan adalah dengan menggunakan ketiga nikmat tersebut di atas
sebaik mungkin demi mendapatkan ridha-Nya. Isi hidup kita dengan
perbuatan yang menimbulkan kemanfaatan. Apalagi betapa hidup ini amat
singkat. Gunakan pula kemerdekaan yang kita miliki untuk hanya memilih
yang baik dan yang benar. Adapun hidayah, syukurilah dengan
terus-menerus memperkaya diri dengan ilmu dan amal untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah Swt, Dzat Yang Maha Pemberi berbagai
kenikmatan.
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym ).
0 comments:
Post a Comment